SUARA INDONESIA, JAKARTA - Konflik antara Israel dan Hamas telah berlangsung lebih dari delapan bulan, menyebabkan krisis kemanusiaan yang semakin parah di Jalur Gaza.
Pada 16 Juni 2024, militer Israel mengumumkan bahwa mereka akan menerapkan jeda harian dalam operasi militernya di sepanjang jalan utama di Gaza selatan.
Langkah ini diambil untuk memungkinkan bantuan kemanusiaan lebih mudah mencapai daerah tersebut, meskipun pertempuran di Kota Rafah tetap berlanjut.
Israel memastikan bahwa aktivitas militer akan dihentikan setiap hari dari pukul 08.00 hingga 19.00 waktu setempat (05.00 GMT hingga 16.00 GMT), atau sekitar pukul 12.00 hingga 23.00 WIB.
Penghentian ini berlaku di sepanjang jalan yang menghubungkan Perlintasan Kerem Shalom dengan Jalan Salah al-Din dan kemudian menuju ke utara.
Langkah ini diambil setelah sejumlah organisasi bantuan internasional memperingatkan mengenai krisis kemanusiaan yang semakin memburuk di Gaza.
Dengan adanya jeda harian ini, diharapkan bantuan kemanusiaan dapat lebih mudah masuk ke Gaza selatan.
Bantuan yang diberikan mencakup pasokan makanan, obat-obatan, dan kebutuhan dasar lainnya yang sangat dibutuhkan oleh warga yang terdampak konflik.
Namun, pertempuran di Kota Rafah tetap berlanjut karena Israel menargetkan sisa brigade gerakan militan Islam Hamas di daerah tersebut.
Meskipun tekanan internasional untuk mencapai gencatan senjata semakin meningkat, kesepakatan untuk menghentikan pertempuran masih sulit dicapai.
Perang di wilayah Palestina ini telah menelan banyak korban jiwa dan menyebabkan ribuan orang mengungsi.
Pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengumumkan bahwa mereka memperpanjang periode pendanaan untuk hotel dan wisma bagi penduduk yang dievakuasi dari kota-kota perbatasan selatan Israel hingga 15 Agustus.
Hizbullah, militan yang didukung Iran di Lebanon, meluncurkan pertempuran kedua melawan Israel setelah serangan Hamas pada 7 Oktober yang memicu perang di Gaza.
Pertempuran di perbatasan Israel-Lebanon kini terancam menjadi konflik yang lebih luas. Puluhan ribu orang mengungsi di kedua sisi perbatasan, menambah kompleksitas krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung.
Konflik yang berkepanjangan antara Israel dan Hamas menyebabkan krisis kemanusiaan yang semakin memburuk di Jalur Gaza.
Jeda harian dalam operasi militer Israel di Gaza selatan diharapkan dapat memfasilitasi bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan oleh warga Palestina.
Namun, pertempuran yang terus berlanjut dan tekanan internasional untuk mencapai gencatan senjata menunjukkan bahwa solusi damai masih jauh dari jangkauan.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Aditya Mulawarman |
Editor | : Imam Hairon |
Komentar & Reaksi